Penulis: Buletin Islam AL-ILMU Edisi: 38 / X / VIII / 1431
Kehidupan yang dialami oleh seorang
manusia di dunia ini bukanlah sebuah kehidupan yang terus-menerus tiada
berujung dan tiada penghabisan. Ia adalah sebuah kehidupan yang
terbatas, berujung dan akan ada pertanggungjawabannya. Allah
Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
Maha Benar Allah Subhanallahu wa Ta’ala
dengan segala firman-Nya! Kita dengar dan saksikan kilas kehidupan yang
silih berganti dari masa ke masa. Perjalanan hidup umat manusia
merupakan bukti bahwa seorang manusia, setinggi apapun kedudukannya dan
sebanyak apapun hartanya, akan mengalami kematian dan akan meninggalkan
kehidupan yang fana ini menuju kehidupan setelah kematian.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman
tentang Rasul-Nya Shalallahu ‘alahi wa Sallam dan manusia yang lainnya
dari generasi pertama sampai yang terakhir (artinya):
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati.” (Az Zumar: 30)
Bukanlah berarti dengan kedudukan
sebagai Rasulullah (utusan Allah) kemudian mendapatkan keistimewaan
dengan hidup selamanya, akan tetapi sudah merupakan ketetapan dari Allah
Subhanallahu wa Ta’ala atas seluruh makhluk-Nya yang bernyawa mereka
akan menemui ajalnya. Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita
semua. Pernahkah sejenak saja kita merenungkan bagaimana ketika maut
sudah di hadapan kita? Ketika malaikat yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala
utus untuk mencabut nyawa sudah berada dihadapan kita. Tidak ada tempat
bagi kita untuk menghindar walaupun ke dalam benteng berlapis baja,
walaupun banyak penjaga yang siap melindungi kita.
Sungguh tidak bisa dibayangkan kengerian
dan dahsyatnya peristiwa yang bisa datang dengan tiba-tiba itu. Saat
terakhir bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, saat terakhir
untuk beramal kebaikan, dan saat terakhir untuk melakukan berbagai
kegiatan di dunia ini. Saat itu dan detik itu juga telah tegak kiamat
kecil bagi seorang manusia yaitu dengan dicabut ruhnya dan meninggalkan
dunia yang fana ini. Allahul Musta’an (hanya Allah Subhanallahu wa
Ta’ala tempat meminta pertolongan).
Manusia yang beriman kepada Allah
Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya akan mendapatkan tanda-tanda
kebahagiaan kelak di akhirat dengan akan diberi berbagai kemudahan
ketika meninggal. Adapun orang-orang kafir yang ingkar, mendustakan
Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan
tanda-tanda kejelekan ketika meninggal dunia dan bahkan akan ditimpakan
adzab di alam kubur.
Alam Kubur Setelah seorang hamba
meregang nyawa dan terbujur kaku, maka ia akan diantarkan oleh sanak
saudara dan teman-temannya menuju “tempat peristirahatan sementara” dan
akan ditinggal sendirian di sebuah lubang yang gelap sendirian. Sebuah
tempat penantian menuju hari dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia di
hari kiamat kelak, pembatas antara alam dunia dan akhirat, Allah
Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
Dan dihadapan mereka ada dinding (alam kubur/barzakh) sampai mereka dibangkitkan.” (Al-Mukminun: 100)
Di antara peristiwa yang akan dialami oleh setiap manusia di alam kubur adalah:
1. Fitnah Kubur
Pertanyaan dua malaikat kepada mayit
tentang siapa Rabbmu (Tuhanmu)?, apa agamamu?, dan siapa Nabimu?
Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:
إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ – أَوْ قَالَ
أَحَدُكُمْ – أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ
لأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالآخَرُ النَّكِيرُ
Apabila mayit telah dikuburkan – atau
beliau bersabda: (apabila) salah seorang dari kalian (dikuburkan)- dua
malaikat yang berwarna hitam kebiru-biruan akan mendatanginya salah
satunya disebut Al-Munkar dan yang lainnya An-Nakir.” (At-Tirmidzi no.
1092)
Adapun seorang hamba yang mukmin, maka
ia akan menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana dalam potongan hadits
Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu ‘anhu yang panjang:
Maka dua malaikat mendatanginya (hamba yang mukmin) kemudian mendudukkannya dan bertanya: “Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Allah Rabbku; kemudian kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa agamamu? Ia menjawab: “Islam agamaku; kemudian keduanya bertanya lagi: “Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Dia Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam
Maka dua malaikat mendatanginya (hamba yang mukmin) kemudian mendudukkannya dan bertanya: “Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Allah Rabbku; kemudian kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa agamamu? Ia menjawab: “Islam agamaku; kemudian keduanya bertanya lagi: “Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Dia Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam
Maka itu adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (artinya):
﴾يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ
وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ﴿٢٧
Allah menetapkan (pendirian) orang-orang
yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan dunia dan
akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang berlaku zalim (kepada
diri mereka sendiri) dan Allah berkuasa melakukan apa yang
dikehendakiNya. (Ibrahim: 27).
Maksud kalimah yang tetap teguh dalam
ayat di atas adalah kalimah tauhid (Laa ilaaha illallaah) yang
menghunjam dalam dada seorang mukmin. Allah Subhanallahu wa Ta’ala
meneguhkan seorang mukmin dengan kalimat tersebut di dunia dengan segala
konsekuensinya, walaupun diuji dengan berbagai halangan dan rintangan.
Adapun di akhirat, Allah Subhanallahu wa
Ta’ala akan meneguhkannya dengan kemudahan menjawab pertanyaan dua
malaikat di alam kubur. Sedangkan seorang kafir dan munafik, ketika
ditanya oleh dua malaikat:
“Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab:
“Ha…Ha, saya tidak tahu; kemudian ia ditanya: “Apa agamamu? Ia menjawab:
“Ha…Ha, saya tidak tahu, kemudian ia ditanya: “Siapa laki-laki yang
telah diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu.
Kemudian terdengar suara dari langit: “Dia telah berdusta! Bentangkan
baginya alas dari neraka! Bukakan baginya pintu yang menuju
neraka!;Kemudian panasnya neraka mendatanginya, dipersempit kuburnya
hingga terjalin tulang-tulang rusuknya karena terhimpit kubur.”
Itulah akibat mendustakan Allah dan
Rasul-Nya. Walaupun di dunia ia adalah orang yang paling fasih dan
pintar bicara, namun jika ia tidak beriman, maka ia tidak akan dapat
menjawab pertanyaan dua malaikat tersebut. Kemudian ia akan dipukul
dengan pemukul besi sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang
didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia.
Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala
merahmati kita semua. Kejadian di atas mempunyai hikmah besar tentang
keimanan kepada yang ghaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata dan tidak
dapat ditangkap oleh pancaindra kita. Apabila jin dan manusia boleh
mendengar dan melihatnya, niscaya mereka akan beriman dengan
sebenar-benar keimanan.
Oleh kerana itu, Allah Subhanallahu wa
Ta’ala menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa diantaranya adalah
beriman dengan yang ghaib. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :
﴾الم ﴿١﴾ ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ
فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣
Alif Lam Mim, Kitab (Al-Qur’an) ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (Al-Baqarah: 1-3)
2. Adzab dan Nikmat Kubur
Setelah mayit mengalami ujian dengan
menjawab pertanyaan dua malaikat di alam kubur, jika berhasil, ia akan
mendapatkan kenikmatan di alam kubur; dan jika tidak, ia akan
mendapatkan siksa kubur. Bagi yang dapat menjawab pertanyaan kedua
malaikat tersebut, ia akan mendapatkan kenikmatan di kuburnya.
Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam melanjutkan sabdanya:
Kemudian terdengar suara dari langit:
“Telah benar hamba-Ku! Maka bentangkan baginya kasur dari surga!
Pakaikan padanya pakaian dari syurga! Bukakan baginya pintu yang menuju
syurga!; Kemudian aroma wangi surga mendatanginya, diperluas kuburnya
sampai sejauh mata memandang, dan seorang laki-laki yang berwajah ceria
dan bajunya serta wangi aroma tubuhnya mendatanginya dan berkata:
“Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu! Ini adalah hari yang
telah dijanjikan bagimu.
Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu
mendatangkan kebaikan. Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah amalan
solehmu. Kemudian dibukakan pintu surga dan pintu neraka, dan dikatakan:
“Ini adalah tempatmu jika engkau bermaksiat kepada Allah, Allah akan
mengganti dengannya. Ketika melihat segala sesuatu yang ada di surga, ia
berkata: “Wahai Rabb-ku, segerakan hari kiamat! Agar aku dapat kembali
kepada keluarga dan hartaku.
Adapun orang yang tidak dapat menjawab
pertanyaan dua malaikat, maka ia akan mendapatkan siksa kubur,
sebagaimana kelanjutan dari hadits di atas:
Kemudian terdengar suara dari langit:
“Dia telah berdusta! Bentangkanlah baginya alas dari neraka! Bukakanlah
baginya pintu menuju neraka!; Kemudian panasnya neraka mendatanginya,
dipersempit kuburnya hingga terjalin tulang-tulang rusuknya karena
terhimpit kuburnya. Kemudian seorang laki-laki yang berwajah buruk dan
bajunya, serta busuk aroma tubuhnya mendatanginya dan mengatakan:
“Bersedihlah dengan segala sesuatu yang menyusahkanmu! Ini adalah hari
yang telah dijanjikan bagimu. Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu
mendatangkan keburukan.
Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah
amalan burukmu, Allah membalasmu dengan keburukan, kemudian Allah
mendatangkan baginya seorang yang buta, tuli, bisu, dengan memegang
sebuah pemukul, yang jika dipukulkan ke gunung niscaya akan hancur
menjadi debu. Kemudian ia dipukul dengan sekali pukulan sampai menjadi
debu. Kemudian Allah mengembalikan tubuhnya utuh seperti semula, dan
dipukul lagi dan ia menjerit hingga didengar seluruh makhluk kecuali jin
dan manusia. Kemudian dibukakan pintu neraka baginya, sehingga ia
berkata: “Wahai Rabb-ku, jangan tegakkan hari kiamat!” (HR. Abu Dawud,
Al-Hakim, Ath-Thayalisi, dan Ahmad)
Hadits Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu
‘anhu di atas dengan jelas menerangkan tentang segala sesuatu yang akan
dialami oleh manusia di alam kuburnya. Wajib bagi kita untuk beriman
dengan berita tersebut dengan tidak menanyakan tata cara, bentuk, dan
yang lainnya, kerana hal tersebut tidak terjangkau oleh akal-akal
manusia dan merupakan hal gaib yang hanya diketahui oleh Allah
Subhanallahu wa Ta’ala. Sangat sedikit dari hal ghaib tersebut yang
diperlihatkan kepada para Nabi ‘alaihimussalam. Allah Subhanallahu wa
Ta’ala berfirman:
﴾عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ
غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ
يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang
ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(Al-Jin: 26-27)
Maka dari itu, apa yang diyakini oleh
kaum Mu’tazilah dan yang bersamanya, bahawa adzab kubur dan nikmat kubur
tidak ada, merupakan kesalahan dalam hal aqidah, kerqna hadits tentang
masalah ini sampai pada tingkatan mutawatir (bukan ahad). Bahkan dalam
Al-Qur`an telah disebutkan ayat-ayat tentangnya, seperti firman Allah
Subhanallahu wa Ta’ala ;
Kepada mereka ditampakkan neraka pada
pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada
malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azdab yang sangat
keras (seksaannya).” (Al-Mu’min: 46)
Kemudian firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala (ertinya):
Dan sesungguhya Kami merasakan kepada mereka sebahagian adzab yang dekat sebelum adzab yang lebih besar.” (As-Sajdah: 21)
Sebahagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan adzab yang dekat dalam ayat tersebut adalah adzab kubur.
Sebagai penutup, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita
semua. Penjelasan di atas hanyalah sekelumit dari apa yang akan dialami
manusia di alam kubur nanti. Pastilah seorang hamba yang beriman dan
bijak akan bersiap-siap dengan berbagai amalan soleh sebagai bekal di
akhirat kelak, termasuk ketika di alam kubur. Dan memperbanyak do’a
memohon perlindungan dari adzab kubur dengan do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ.
Ya Allah sesungguhnya aku meminta
perlindungan dari adzab kubur, dari adzab neraka, dari fitnah kehidupan
dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Al-Bukhari
no.1377)
Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala
senantiasa melindungi kita dari berbagai ujian, baik yang tampak maupun
yang tersembunyi, hingga kita menghadap-Nya, dan memberikan kepada kita
kecintaan untuk bertemu dengan-Nya ketika kita akan meninggalkan
kehidupan yang fana ini menuju kehidupan kekal abadi. Amin Ya Rabbal
‘Alamin.
MUTIARA HADITS SHAHIH
Pernah Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam ketika melewati dua buah kuburan, lalu bersabda:
أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى
بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ» و ﰲ
رواية: لاَ يَسْتَنزِهُ مِن بَوْلِهِ
Ingatlah! Sesungguhnya kedua orang ini
sedang diadzab; dan tidaklah mereka diadzab disebabkan dosa besar
(menurut persangkaan mereka). Adapun salah satunya, semasa hidupnya ia
melakukan namimah (mengadu domba); sedangkan yang satunya, semasa
hidupnya ia tidak menjaga auratnya ketika buang air kecil.” (HR. Muslim
no.703 dari shahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma) Dalam riwayat
lain: “tidak bersih ketika bersuci dari buang air kecil.”
Waallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar